TANJUNGPINANG – Panitia ajang lomba lari maraton Kepri 10K memutuskan memperpanjang masa pendaftaran peserta sampai seminggu ke depan atau hingga 24 November 2022 pukul 00.00 WIB. Keputusan ini diumumkan secara resmi pada Jumat (18/11) petang, yang semula dijadwalkan sebagai tenggat pendaftaran.
Ketua Panitia Kepri 10K, Lusi Cecilia, menjelaskan antusiasme masyarakat masih tinggi, bahkan hingga H-2 penutupan pendaftaran.
“Masih banyak yang bertanya-tanya, masih banyak yang sedang menyiapkan berkas pendaftarannya, jadi kami putuskan untuk memperpanjang waktu pendaftaran sampai seminggu ke depan,” beber Lusi.
Selama hampir sebulan terakhir dipromosikan, ajang lomba maraton Kepri 10K memang menarik minat banyak kalangan pecinta olahraga lari. Per hari ini saja, sudah hampir 700 orang yang mendaftar. Bahkan, tambah Lusi, ada juga peserta yang dari luar kota seperti Jakarta dan Surabaya.
“Awalnya mau kami tutup saja sesuai jadwal. Tetapi, kok, nggak enak juga, ya, kalau menolak orang-orang yang antusias mau ikut. Ya sudah, akhirnya panitia sepakat untuk ditambah lagi tujuh hari. Apalagi di Pinang, kan, jarang ada event lari,” ujar Lusi.
Hanya saja, bagi pendaftar di waktu tambahan ini ada konsekuensi berupa tidak dapat memilih ukuran kaus, sebagaimana pendaftaran di waktu normal. Lusi menjelaskan ini terkait teknis penambahan pesanan kaus di vendor.
“Jadi, kami mohon maaf kalau nanti untuk pendaftar di waktu tambahan ini kausnya itu all-size. Bukannya panitia tidak mau, tapi karena keterbatasan waktu cetak kaus di vendor. Selebihnya, tidak ada yang berbeda, tetap dapat medali, nomor bib, dan sertifikat,” ungkap Lusi.
Sementara itu, untuk mekanisme pendaftaran masih bisa diakses di situs keprirunningtour.com, atau menghubungi langsung panitia yang berkantor di Kedai Kopi 77 Tanjungpinang. Biaya pendaftarannya juga masih sama, yakni Rp150.000 per orang.
Lomba maraton Kepri 10K akan dilaksankan pada 18 Desember nanti. Ini bukan sekadar lomba lari, melainkan sebuah event yang menggabungkan keseruan berlari dan berwisata. Rutenya dimulai dan berakhir di kawasan Kota Lama di Jalan Merdeka. Sebuah kawasan yang kini menjadi daya tarik baru wisata di kota Tanjungpinang.
Beragam kategori peserta juga akan tersedia di Kepri 10K. Yakni, tercepat putra, tercepat putri, tercepat master putra, tercepat master putri, dan tercepat pelajar putra juga putri dengan total hadiah mencapai Rp58 juta.***
Tanjungpinang Runners berbuka bersama di Hotel Aston Tanjungpinang, Senin (10/4).
APA, sih, enaknya lari? Capek, doang, kan? Kalau fokusnya cuma di situ, yang didapat dari aktivitas berlari memang hanya letih di badan. Tetapi, jika digeser sedikit saja fokusnya, berlari bisa memberikan banyak hal. Kesehatan, sudah pasti, dan bonusnya adalah silaturahmi.
Fokus ini yang lantas mempersatukan para pelari Tanjungpinang dalam komunitas Tanjungpinang Runners. Upaya menjalin dan mempererat silaturahmi tidak selesai di atas lintasan lari dalam kota. Mereka membawanya jauh sampai ke negeri jiran. Pada 16 April nanti, Tanjungpinang Runners akan ambil bagian pada ajang 2XU Compression Run 2023 di Singapura.
“Ini sebagai ajang silaturahmi para pelari, terutama pelari kategori master atau veteran seperti kami,” ujar Husnizar Hood didampingi Pepy Candra, ketika buka bersama di Hotel Aston Tanjungpinang, Selasa (10/4).
Pasutri yang juga pembina Tanjungpinang Runners ini membeberkan rombongan yang akan menyeberang ke Singapura terdiri dari 20 orang, dengan rincian 10 dari Tanjungpinang Runners dan 10 dari Besteppers.
“Rata-rata akan turun di kategori half marathon dengan jarak tempuh 21 Km,” ujar Husnizar.
Ajang ini, kata Husnizar, akan menjadi pengalaman yang menyenangkan. Apalagi ia dan istrinya sudah seringkali turun di berbagai perlombaan lari bergengsi, semisal yang ditaja Standard Charter Bank di Singapura dan Pocary Sweat di Bandung. “Nanti pengalaman ikut 2XU Compression Run ini akan kita contoh untuk event-event lari di Kepri,” tambah Pepy.
Sementara itu, Ketua Tanjungpinang Runners, Eddy Rivana menegaskan komunitasnya memang sebisa mungkin berpartisipasi pada banyak ajang lari yang ada di dalam atau luar negeri. Bukan tanpa alasan dan sekadar euforia belaka, tetapi, kata Eddy Rivana, “Di ajang-ajang seperti itu, kami juga promosikan ajang lari yang ada di daerah kita. Harapannya, para pelari itu juga akan datang ketika kami bikin acara.”
Beberapa waktu lalu, Tanjungpinang Runners sudah menggelar Tanjungpinang Running Tour yang terpusat di kawasan kota lama. Tahun ini, rencananya ajang lari berbasis pariwisata itu akan kembali digelar pada Desember nanti. Kesuksesan gelaran itu juga akan dicoba diterapkan di kabupaten Karimun. Sekarang, kata Eddy Rivana, masih dalam tahap penjajakan.
“Karena kalau mau bikin ajang lari itu perlu dukungan banyak pihak. Kami juga senang Aston Tanjungpinang turut mengundang kami dalam agenda buka puasa bersama, mana tahu setelah ini bisa terjalin kerja sama yang lebih baik,” pungkas Eddy.***
TANJUNGPINANG — Berbahagialah mereka yang telah terdaftar sebagai peserta lomba maraton Kepri 10K yang akan digelar pada Minggu (18/12) pagi. Bukan serta-merta karena ini ajang lari paling akbar di ibu kota provinsi Kepri, melainkan dalam kompetisi ini sudah ada sederet keseruan yang menanti.
Yang spesial-spesial itu sudah kentara sejak pemilihan rute. Untuk kali pertama, jalan lingkar baru di area mega proyek tepi laut akan dibuka. Ruas jalan di atas laut ini akan jadi trek awal dari rangkaian 10 kilometer yang harus ditempuh.
“Lalu nanti sebelum masuk di jalan raya, akan ada hiburan Joget Dangkong,” jelas Lusi Cecilia, selaku ketua panitia penyelenggara.
Dan itu bukan satu-satunya kesenian yang menunggu. Lusi menjelaskan ada empat panggung kesenian yang siap menghibur dan menyemangati para pelari yang tersebar di beberapa titik rute lari. Selain Joget Dangkong, ada kesenian Reog Ponorogo, Barongsai, dan pertunjukan musik angklung.
“Karena tajuk acara ini Running Tour, kami ingin memanjakan seluruh peserta berkeliling kota. Termasuk nanti, kan, mereka juga akan melintasi kawasan kota lama,” beber Lusi.
Kini, H-5 acara, persiapan terus dimatangkan oleh panitia. Mereka berharap ajang Kepri 10K ini, selain bisa digelar rutin tiap tahun, mampu menghadirkan pengalaman berlari yang tak biasa dan berkesan bagi para pesertanya.
“Apalagi Tanjungpinang Running Tour Kepri 10K ini sudah dipromosikan oleh Kemenparekraf RI dan Menteri Sandiaga Uno. Kami mengusahakan yang terbaik,” pungkas Lusi. []
TAHUN lalu saya tidak membaca puisi. Pun tahun ini. Tetapi, antusiasme menyambut panggung kalaMusika selalu menggebu-gebu. Izinkan saya bercerita kenapa-nya.
Sebelum itu, mari kita mundur sedikit jauh.
Perkenalan saya dengan skena puisi di Tanjungpinang terjadi circa 2010. Itu tahun yang menggembirakan bagi para penyuka sastra. Tanjungpinang menjadi tuan rumah Temu Sastrawan Indonesia (TSI) III. Penyair-penyair hebat berdatangan. Itulah kesempatan awal saya bisa bersemuka dengan sastrawan bertaraf begawan macam Putu Wijaya dan Sapardi Djoko Damono—nama-nama yang selama ini sering disebut di bangku kuliah.
Di saat yang sama pula itulah kali pertama saya berkenalan dengan para penempuh jalan puisi di Tanjungpinang. Beberapa dari mereka sekarang telah berpulang, beberapa yang tersisa kini jadi teman seperngopian. Saya mengenalkan diri sebagai seorang mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan mereka bertanya balik: “Kamu orang Jawa?”
Ada satu nomor pertunjukan di TSI yang masih membekas hingga kini. Saat itu, seorang penyair membaca puisi dengan cara yang tak biasa. Ia naik ke panggung setelah musik dimainkan plus rekaman suaranya lebih dulu bertalu-talu. Beberapa pasang penari kemudian bermain di atas panggung tepat ketika sang penyair mengambil mikrofon dan mulai membacakan puisinya yang berjudul Syair dari Selatan.
Saya terpukau. Jagung-susu di tangan terabaikan saat puisi mulai dibacakan. Kejutan belum berhenti di situ. Di tengah penampilannya, ia tiba-tiba memanggil dua penyair muda untuk ikut menemaninya membaca puisi di atas panggung.
Saya mengumpat dalam hati. Bagaimana mungkin, rutuk saya, puisi bisa dibacakan dengan cara begitu? Saya kira puisi hanya bisa dipentaskan dengan sebuah mikrofon belaka, ternyata saya keliru. Puisi, jika dikonsep dengan benar, bisa mengubah wujud semacam konser yang gahar.
Nama penyair itu Husnizar Hood. Orang yang sebelumnya menanyakan asal muasal latar belakang saya. Orang yang sama yang kemudian mengonsep pertunjukan kalaMusika pada 2021 lalu.
Pada edisi perdana kalaMusika, ada tiga pembaca sebagai nomor utama. Yakni, Joko Yuhono yang Kepala Kejaksaan Negeri Tanjungpinang, Agung Dhamar Syakti yang Rektor UMRAH Tanjungpinang, Dato Rida K Liamsi yang penyair lintas zaman. (Klik tautan berikut untuk menonton edisi lengkap kalaMusika 2021).
Aksi Joko Yuhono.Aksi Yogie Rizky and Friends.Aksi Agung Dhamar Syakti.Para penampil kalaMusika 2021.
Gedung Kesenian Aisyah Sulaiman dan hampir 200 orang di dalamnya menjadi saksi betapa puisi mampu menemui kemungkinan lain lebih dari sekadar bacaan dalam kamar. Penampilan Pak Joko, Pak Agung, dan Dato Rida serta penyair-penyair lain benar-benar menggembirakan. Saya yang ketika itu duduk di bangku belakang, sejak awal pertunjukan sampai penghabisan, benar-benar jarang membuka layar ponsel. Saya terkesima dari nomor ke nomor.
Saya mengumpat dalam hati; persis seperti ketika menyaksikan penampilan pada TSI satu dekade lalu. Di mata saya, panggung kalaMusika benar-benar memulihkan energi puisi di Tanjungpinang yang setelah Bu Tatik tidak lagi menjabat sebagai wali kota menguap entah ke mana.
“Tanjungpinang ini kandang para macan sastra,” begitu pengakuan penyair asal Banyuwangi, Samsudin Adlawi, ketika menghadiri Festival Dermaga Sastra awal tahun lalu.
Beruntung tidak perlu menunggu sepuluh tahun lagi untuk merasakan kembali energi penuh auman para macan itu. Cukup dalam bilangan dua belas bulan, kalaMusika kembali dilaksanakan. Durasinya diperpanjang. Penampilnya dipermacam.
kalaMusika 2022.
Dari yang saya curi dengar, pada acara yang berlangsung selama dua hari, 21–22 Oktober 2022, di Laman Boenda Tepi Laut ini juga akan ditampilkan satu produksi baru Yogie Rizky. Dia memang bukan penyair. Akan tetapi, vokalis ini adalah satu yang terbaik dalam membawakan puisi dalam format lagu. Kemudian saya yakin kawan-kawan penyair muda barang tentu tak mungkin tampil dalam format biasa.
Bagaimana dengan saya?
“Kamu jadi MC, ya?” kata Produser Kreatif kalaMusika, Husnizar Hood.
Sebuah tawaran atau ajakan yang bijak. Ia paham satu hal: hendak dianukan dengan konsep paling anu sekalipun, saya adalah pembaca puisi yang buruk—terlebih jika standar acuannya adalah kalaMusika. Lain halnya menjadi pewara. Memang ada yang lebih mantap dari saya—berat badannya?***