Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menyelenggarakan peringatan 1 tahun pemerintahan Ansar Ahmad-Marlin Agustina di Aula kantor Pemerintahan, 1 Maret 2022. Tak nampak wakil gubernur di acara itu.
Keduanya dilantik pada 25 Februari 2021. Setidaknya sudah setahun lebih memegang amanah dari masyarakat Kepri guna melaksanakan proses pembangunan sumber daya manusia, infrastruktur agar masyarakat sejahtera.
Kita bisa melihat satu tahun sudah dilalui bersama wakil gubernur tentu belum bisa mencapai target maksimal yang sudah dipatok di dalam visi misi yang kini menjadi dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kepulauan Riau. Masih ada 2023 dan 2024 untuk menyempurnakan kewajiban kepada segenap masyarakat Kepulauan Riau.
Keretakan hubungan gubenur dan wakil kian memuncak ketiga Ansar Ahmad saat melakukan konferensi pers di depan wartawan soal hubungan keduanya tak seperti di awal masa masa kampanye pilkada.
Bahkan keduanya jarang tampil bersama sama hingga sekarang. Meminjam istilah yang digunakan Ahmad Syafi’i Ma’arif, menyebutkan mentereng di luar, remuk di dalam. Jika negeri ini dianalogikan sederhana seperti sebuah rumah tertentu, bersih, mentereng, dan gagah di bagian depan, tetapi jorok dan berantakan di bagian dapur. Dalam bahasa Minang ada ungkapan “rancak di labuah” tampak elok di jalan, tetapi di rumah sebenarnya manusia papa (Ma’arif,2021).
Tak masuknya nama Sekda Batam Jefridin di tiga besar yang dikirim ke Jakarta menambah ruwet hubungan Dompak dengan Batam. Karena ada janji yang diabaikan. Memasuki bulan keempat, presiden belum menetapkan satu nama untuk menjadi sekda Kepulauan Riau.
Apakah tidak dipilihnya Sekda Batam menjadi Sekda Kepri akan berdampak kepada perolehan suara di Batam pada pilkada 2024? Bisa juga iya bisa juga tidak.
Di pilkada 2020, suara Ansar berada di bawah Isdianto. Di Batam mereka meraih 110.980 suara dari 377.388 pemilih Ansar. Suara 110 ribu itu pentingnya tentu ada didukung oleh simpatisan Marlin yang saat ini wakil gubernur.
Artinya kontribusi suara pendukung Marlin Agustina di Batam cukup besar. Membantu suara Ansar tak kalah telak di Batam dengan calon lain. Sehingga suara di Batam menentukan kemenangan di Bintan dan Tanjungpinang, Natuna dan Anambas serta Lingga.
Bagaimanapun, Batam adalah basis suara terbanyak di Kepulauan Riau. Ketika Soerya Respationo menjadi wakil gubernur di zaman Muhammad Sani jadi gubernur, Soerya membawa orang dekatnya ke Pemprov Kepri. Mereka yang dibawa seperti Martin Moramon, Muramis, dan Guntur Sakti. Hanya Martin yang tersisa saat ini. Guntur Sakti pindah ke kementerian di Jakarta.
Inilah sharing kekuasaan antara gubenur dan wakil gubernur. Karena tak mungkin gubernur bisa mencalonkan diri tanpa wakil gubernur.
Dalam dunia politik ada istilah the winner takes all atau pemenang mengambil semua. Pemilik suara mayoritas akan memegang kendali pemerintahan. Sementara yang minoritas akan tersingkir.
Tak boleh ada istilah the winner takes all. Karena kekuasaan tak bisa dibangun dalam satu kekuasaan terbatas jaringan atau kelompok tertentu. Kekuasaan itu harus dibagi dengan komposisi yang ideal.
Dari Presiden Jokowi hingga Susilo Bambang Yudhoyono paham betul soal power sharing. Sehingga walaupun koalisi waktu pilpres sudah mayoritas, Jokowi tetap mengajak partai partai lain bergabung di pemerintahan demi menjaga kekuatan soliditas pemerintahan.
Kasus terpentalnya kubu Batam di seleksi Sekda bisa jadi akan menambah ruwet hubungan relasi antara Batam dengan Dompak. Dan sejak Kepri jadi provinsi, belum ada pejabat Batam yang mendapatkan posisi sekda.
Sekda level provinsi dipegang dari Tanjunginang, dan Karimun. Yang pertama ada Said Jaffar, Edy Wijaya, Suhajar Diantoro, Robert Iwan Loriox, Arief Fadillah, hingga Pjs Sekda seperti Lamidi dan Eko Sumbaryadi.
Pernyataan politisi NasDem seperti Nyat Kadir, Bobby Jayanto, di Tanjungpinang pada Minggu lalu bahwa 2024, Ketua DPW Nasdem Kepulauan Riau Muhammad Rudi akan mencalonkan diri menjadi gubernur Kepri menambah ramai suasana politik.
Munculnya statement tersebut seperti tanda dimulainya gong pilkada lebih cepat dari tahapan resmi KPU. Dan kita dapat menyaksikan, bantuan sosial dari Provinsi Kepri yang ditebarkan di daerah tingkat dua di Kepri. Gerakan tutup menutup atau membilas gerakan lawan sudah dilakukan.
Ketika Rudi ke Karimun, Ansar juga ke Karimun. Rudi ke Kijang, Kabupaten Bintan, Ansar pun ke Kijang membuat acara. Rudi ke Masjid Al Hikmah, Ansar pun sehari setelahnya menghadiri acara di masjid Al Hikmah.
Memasuki tahun politik di 2022, dinamika iklim politik di Kepri tentu akan menarik dilihat ke depan. Sebagai Ketua Dewan Masjid Kepulauan Riau dan Ketua NasDem, Muhammad Rudi terus bergerak mendatangi masjid masjid di Kepulauan Riau.
Ia membawa 10 Kg beras sebagai buah hati untuk membantu warga di Kepri duit pribadi. Ia memberikan nomor ponselnya kepada warga yang hadir di setiap acara.
Begitulah demokrasi Indonesia. Gubernur Ansar akan diuji sampai 2024 soal janji janji sebenarnya termasuk soal sepeda motor kepada RTRW dan janji politik lainnya. Apakah dia mampu mewujudkan atau sekedar janji belaka. Kita tunggu pembuktiannya hingga 2024.
Optimistis
Kita harus tetap optimistis Kepri termasuk salah satu provinsi yang baik kinerjanya. Penghargaan diterima pemerintah tahun 2021, tentulah kinerja birokrasi di 2020. Nanti penghargaan tahun 2022, berdasarkan kinerja tahun 2021.
Dan kita harus akui, Batam memainkan peran penting wajah Kepri berikutnya. Anjlok perekonomian Batam akan berdampak besar terhadap perekonomian Kepri secara umum. Bagus pertumbuhan ekonomi Batam, maka bagus pula pertumbuhan ekonomi Kepri
Karena Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kepri lebih dari 60 persen berasal dari Batam.
Ekspor Kepri naik 75 persen berasal dari Batam. Di masa pandemi, pertumbuhan ekonomi Kepri mulai tumbuh. Indeks Pembangunan Manusia juga sudah tertinggi di Sumatera.
Pemerataan pembangunan infrastruktur memang harus digesa lebih cepat untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Tak bisa dipungkiri, sektor swasta dari pariwisata masih semaput. Travel bubble yang hendak diandalkan masih minum datang ke Batam dan Bintan.
Banyak negara berjuang untuk melewati badai pandemi omikron. Pemimpin daerah yang sukses melaksanakan pembangunan di era pandemi, tentu memiliki visi dan misi yang jelas untuk membawa daerahnya berlari lebih kencang di antara hantaman pandemi.
Acara syukuran 1 tahun Ansar Marlin di Dompak memang agak garing tanpa dihadiri wakil gubernur. Seperti lagu Evi Tamala, berjudul “Pecah Seribu” menunggu keajaiban bagi kedua pemimpin saling memahami melanjutkan proses pemerintahan tersisa. Kita sebagai warga tentu berharap mereka dapat mewujudkan janji politik keduanya sampai akhir periode.***